Wednesday, August 3, 2016

Keutamaan Kalimat La Ila Hailalla

Kebaikan yang ditanam pasti akan dipanen kembali kepada diri masing-masing. Baik secara kontan (langsung) ataupun secara kredit (tidak langsung). Bukan dipanen orang lain. Justru, jika berhenti bergerak, potensi yang dimilikinya tinggal sebuah potensi. Tidak tumbuh dan berkembang. Ibarat air yang tidak mengalir, ia hanya akan menjadi sarang berbagai kuman yang mematikan.

Sebab hanya dengan mengimani kalimat La Ila Hailallah akan menjadikan seseorang terus aktif membendung/menghalangi berbagai pengaruh negatif kejelekan, kefasikan, kezhaliman, kemungkaran. Karena, semua perbuatan dosa dan maksiat akan menghancurkan dirinya sendiri. Manusia yang bergelimang dalam perbuatan dosa, di dunianya tersiksa, sedangkan di akhirat siksanya lebih menyakitkan. Imanlah yang mencegah pemiliknya untuk menelola hawa nafsu (syahwat), nafsu perut dan nafsu kelamin.

Keutamaan Kalimat La Ila Hailalla

Hidayah dari Allah Swt akan menjadikan seseorang terus bergerak menyemai kebaikan-kebaikan di taman kehidupan ini tanpa kenal letih. Karena, harus yakin dalam setiap gerakan yang dimotivasi oleh nilai-nilai keimanan itu tersimpan potensi kebaikan-kebaikan melulu (barakah).

Kalimat La Ila Hailallah akan memotivasi jiwa untuk istiqomah (konsisten), mudawamah (berkesinambungan), istimroriyah (terus-menerus), tanpa mengenal lelah, dengan sabar, tegar, teguh, tekun, tawakkal, mengajak kepada kebaikan dan mencegah segala bentuk kemungkaran tanpa tendensi apapun, pura-pura dan pamrih. Tidak mengharapakan pujian, ucapan terima kasih dan balasan serta tidak takut celaan orang yang mencela.

Ali bin Abi Thalib pernah mengatakan; “Tiga hukuman bagi orang yang berbuat maksiat, yaitu penghidupan yang serba sulit, sulit menemukan jalan keluar dari himpitan persoalan, dan tidak dapat memenuhi kebutuhan pangannya kecuali dengan melakukan maksiat kepada Allah Swt.

Kalimat La Ila Hailallah adalah thumuhat (gelora), ghirah (kecemburuan), yang mencerdaskan akal pikiran kita, menguatkan tekat dan membersihkan hati kita, mempertajam emosi dan perasaan kita, mengasah kepekaan sosial kita, menggerakkan raga kita untuk berjihad mengharumkan nama-Nya. Bahkan, membangkitkan serta memberdayakan segala potensi kita menuju batas maksimal.

Iman merubah yang kaya menjadi dermawan (suka memberi). Yang miskin menjadi pandai memelihara kehormatan dirinya dan sabar. Iman juga mampu merubah seseorang di level kepemimpinan (qiyadah) bisa berbuat adil, sedang pada level bawah (junud), melahirkan sikap sam’an wa tha’atan (saya mendengar dan saya mentaati). Dan yang pintar akan memiliki sifat takwa, sehingga tidak untuk memperdayai yang bodoh. Yang tua menyayangi yang muda dan yang muda menghormati yang tua.

La Ilaha Ilallah Muahammadarasulullah dengan bahasa sederhana adalah di antara kategori Kalimat Thayyibah (Kalimat yang Baik), karena di dalamnya mengandung ucapan pengakuan keesaan Allah dan Rasulnyaserta bermakna keyakinan dalam mengagungkan kebesaran Allah. Ada banyak ragam Kalimat Thayyibah antara lain: Basmallah, Ta’awudz, Takbir, Tasbih, Tahlil, Tarji’ dan lain-lain.

Kalimat La Ila Hailallah Muhammadarasulullah merupakan syarat sah-nya orang yang berkeinginan memeluk agama Islam dan menjadi penyelamat bagi mereka yang mengikrarkannya.

Sebagaimana hadits Rasulullah yang diriwayatkan oleh Ahmad, “Barangsiapa yang menerima dariku satu kalimat yang pernah aku sampaikan kepada pamanku (Abu Thalib, saat menjelang wafatnya ), sedangkan ia menolaknya maka kalimat itu (Akan menjadi sebab) keselamatan baginya.”

Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim juga dicantumkan akan keistimewaan kalimat thayyibah tersebut.

“Dari ibnu Syimasah al Mahri, ia menceritakan: kami menjenguk Amr bin Ash r.a ketika ia dalam sakratul maut, dan ia menangis lama sekali sambil memalingkan wajahnya kearah dinding. Lalu puteranya menghiburnya dengan berkata, ‘Bukankah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassallam telah memberimu kabar gembira? Kemudian ia menghadap kami dan berkata, ‘sesungguhnya perkara yang paling utam yang kita siapkan (untuk diri kita sendiri) adalah bersaksi bahwasanya Laa ilaaha illallah wa anna Muhammadar Rasulullah (tiada yang berhak disembah selain Allah dan sesunggunya muhammada adalah utusan Allah). Sesungguhnya Aku telah melalui tiga zaman (Semasa hidup beliau).

Dan sesungguhnya aku mengetahui bahwa tidak ada orang yang paling benci terhadap Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassallam dan tidak ada yang lebih aku inginkan selain bertemu beliau sehingga aku dapat membunuhnya. Sandainya aku mati dalam keadaan demikian niscaya aku termasuk dalam golongan ahli neraka. Kitika Allah memasukkan Isalam kedalam hatiku , aku segera mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassallam dan berkata, ‘Ulurkan tangan kananmu supaya saya dapat berbai’at kepadamu. Maka beliau mengulurkan tagan kanannya. Amr bin Ash melanjutkan, tetapi ketika itu aku menarik balik tangan ku.’ Beliau kembali bertanya, ‘Ada apa denganmu , wahai Amr?’ Aku berkata, ‘Aku ingin mengajukan persyaratan. ’Beliau bertanya, persyaratan apa yang kamu inginkan?’ Aku menjawab, ‘(Syaratnya yaitu) supaya dosa-dosa ku diampuni.’

Beliau bersabda, ‘Tidakkah engkau tahu bahwa Islam menghapus dosa dosa yang terjadi sebelumnya, dan hijrah juga menghapus dosa dosa yang terjadi sebelumnya. Maka setelah itu tidak ada yang aku cintai selain Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassallam. Oleh karena itu saya tidak sanggup mengangkat muka untuk menatapnya karena kecintaanku kepada beliau, dan jika aku diminta untuk menggambarkan bentuk rupanya, aku tidak dapat melakukannya karena aku tidak pernah menatapnya. Sekiranya aku mati dalam keadaan demikian, aku berharap akan termasuk dalam golongan ahli surga. Kemudian kami kembali melakukaan urusan masing masing, sedang aku tidak mengetahui bagaimana keadaanku saat itu.

Oleh karena itu apabila aku mati, janganlah jenazahku diiringi oleh wanita-wanita peratap dan pembawa api. Apabila kalian selesai menguburkan jenazahku, maka taburkanlah tanah diatas kuburanku, kemudian berdirilah beberapa saat desekeliling kuburanku selama masa disembelihnya seekor unta dan dibagikan daginggnya, sehingga aku merasa terhibur oleh kalian, sementara itu aku memikirkan jawaban apa yang mesti aku berikan kepada utusan-utusan Rabbku (malikat-malaikat yang bertanya didalam kubur) .”

Begitu istimewanya kalimat ini, cobalah Anda bayangkan apa yang akan terjadi apabila Anda bukanlah termasuk orang-orang yang mengikrarkan dan meyakini kalimat  (Thayyibah) ini?

Sudah barang tentu Anda akan terhindar dari keselamatan baik, keselamatan di alam fana, lebih-lebih lagi keselamatan di yaumil akhir kelak. Karena nafsu duniawi itu semakin dicicipi dengan cara yang salah bagaikan meminum air laut. Semakin di minum, bertambah haus.

Maka sebagai Muslim tentulah timbul pertanyaan sebenarnya makna apa yang  terkandung  dalam kalimat  ini (Thayyibah)? dan bagaimana pula kalimat ini dapat menyelamatkan manusia?

Tentu, kalimat “Laa ilaaha illallah wa anna Muhammad darasulullah” memiliki makna yang sangat luas. Maka boleh jadi asbab terciptanya alam semesta ini baik itu di langit maupun dibumi, yang fana dan yang ghaib, adalah karena adanya kalimat (thayyibah) ini.

Apakah kalimat ini hanya bermanfaat bagi mereka yang beriman saja? Benar, kalimat ini hanyalah diperuntukkan kepada mereka yang yakin dan  mengikrarkannya. Bahkan orang yang berdosa sekalipun apabila ia meyakini dan mengikrarkannya maka keselamatanlah yang akan diperolehnya.

Ini pun sejalan dengan apa yang dimaktubkan  oleh utusan Allah Subhanahu Wata’ala. Yang diriwayatkan oleh Bukhari. “Dari Abu Dzar bersabda Rasull Tidaklah seorang hamba Allah  yang mengucapkan Laa Ilaaha Illallah waanna Muhammadar Rasulullah kemudian ia mati dengan kalimat itu melainkan ia pasti masuk surga.” Saya bertanya, “Walaupun ia berzinah dan mencuri?” Beliu menjawab, walaupun ia berzinah dan mencuri.” Saya bertanya lagi, “Walaupun ia berzinah dan mencuri?” Beliau menegaskan, “Walaupun ia berzinah dan mencuri, meskipun Abu Dzar tidak menghendaki (Tetap hal itu akan terjadi).”

Adapun maksud, “Meskipun Abu Dzar tidak menghendaki” yakni Abu Dzar merasa heran, bagaimana bisa orang yang berbuat dosa besar (dalam hal ini berzinah dan mencuri) mendapatkan  jaminan surga? Bahkan menurut tuntuan keadilan selayaknya dia mendapat siksa atas dosa-dosanya. Demi mentiadakan keheranan Abu Dzar  maka Nabi Shallallahu ‘alaihi Wassallam menegaskan “Walaupun Abu Dzar tidak setuju, orang semacam itu tetap akan dijamin masuk surga.”

Melalui hadits ini, menjadi ‘terang benderang’ bagi kita, bahwa kalimat Laa ilaaha illalaah wa anna Muhammadar Rasulullah (Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah) memberikan keselamatan dunia dan akhirat bagi mereka yang mengimaninya dan mengikrarkannya dengan sungguh-sungguh.*

No comments:

Post a Comment